BAHAYA PEMBALUT PASARAN

  
  PEMBALUT SEBAB UTAMA 

KANKER MULUT RAHIM



       Menurut WHO, Indonesia merupakan negara dengan penderita kanker mulut rahim nomor satu di dunia. Dan 62 persen diakibatkan oleh penggunaan pembalut yang kurang berkualitas,” kata Ketua Komunitas Perempuan Peduli Kanker Serviks (PPKS) Surabaya, dr Aulia Sari, SpOG dihubungi, Kamis (13/10).
     Seperti diberitakan sebelumnya, kanker serviks terus mengancam kaum perempuan. Setiap hari sedikitnya ada 8 hingga 10 kasus baru kanker mulut rahim di RSU dr Soetomo atau setiap tahun rata-rata ditemukan antara 300-350 orang terkena kanker serviks. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir kanker serviks ditemukan pada usia muda.“Celakanya sekitar 60-80 persen penderita yang datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi stadium lanjut,” kata Divisi Onkologi RSU dr Soetomo Dr Brahmana Askandar, SpOG (K).
       Sari mengatakan, hampir semua wanita tidak pernah tahu tentang pembalut yang biasa mereka beli dan pakai selama ini. Mereka tidak pernah curiga dan tidak pernah mencoba merobek atau mengamati bahan pembalut yang biasa mereka pakai. “Banyak wanita suka membeli pembalut biasa yang ada di pasaran hanya memikirkan harga murah dan cukup enak dipakai, tanpa mengetahui sedikitpun risiko kesehatan dari pemakaian pembalut atau pantyliner biasa,” ujarnya.
      Menurut dia, tak banyak wanita yang sadar sebanyak 107 bakteri per milimeter persegi ditemukan di atas pembalut. “Kondisi inilah yang membuat pembalut menjadi sumber sarang pertumbuhan bakteri merugikan, meski pembalut biasa hanya dipakai selama 2 jam saja. Atau bayangkan banyaknya bakteri pada permukaan seluas pembalut, jika pembalut dipakai lebih dari 2 jam,” jelasnya.
Itulah, kata Sari yang juga dokter spesialis kandungan ini, kemungkinan seorang wanita dewasa terjangkit infeksi vagina adalah 83%. Berarti dari 10 wanita ada 8 wanita yang mengalami infeksi vagina yang 62 persennya disebabkan oleh pemakaian pembalut biasa. “Tidak semua wanita tahu risiko pemakaian pembalut biasa,” katanya.
     Pembalut wanita, katanya, termasuk klasifikasi produk konsumer cepat saji dan produk sekali pakai. Karena itulah para produsen pembalut biasa kerap mendaur ulang bahan sampah kertas bekas dan menjadikan sampah kertas bekas ini menjadi bahan dasar untuk menghemat biaya produksi. ”Dalam proses daur ulang sampah kertas bekas ini, tentu banyak menggunakan bahan-bahan kimia untuk proses pemutihan kembali, menghilangkan bau sampah kertas bekas dan proses sterilisasi bakteri yang terdapat pada sampah kertas bekas yang sangat berbahaya,” tuturnya.
Ketidaktahuan dan ketidakpedulian dari para wanita ini, kata Sari, membuat jumlah penderita kanker serviks meningkat. “Isu tentang kanker serviks makin hangat belakangan ini. Di Indonesia, setiap jam satu perempuan meninggal karena kanker serviks. Dan penyakit ini juga tidak melihat kondisi sosial, ekonomi, status, dan usia,” jelasnya.

     CARA PENGUJIAN KUALITAS PEMBALUT
  1. Sobek produk pembalut anda, ambil bagian inti di dalamnya.
  2. Ambil segelas air putih. Usahakan gunakan gelas transparan sehingga lebih jelas.
  3. Ambil sebagian dari lembaran inti pembalut & celupkan ke dalam gelas, aduk dengan sumpit.
  4. Lihat perubahan warna air.
  5. Apakah produk tersebut utuh atau hancur seperti pulp. Jika hancur dan airnya keruh, berarti Anda menggunakan produk yang berkualitas buruk dan banyak mengandung pemutih.
  6. Anda akan temukan gulungan kertas dan bukan kapas
  7. Selain itu, dengan cara lain Anda juga dapat membakar lembaran inti pembalut, lalu cium baunya. Jika tercium bau kertas terbakar, maka pembalut tersebut BUKAN 100% TERBUAT DARI KAPAS.
  8. Dari produk yang berkualitas buruk tersebut mengandung dioksin yang sering menyebabkan bagian intim organ kewanitaan selalu mengalami banyak masalah, seperti keputihan, gatal-gatal, iritasi, juga pemicu terjadinya kanker mulut rahim/serviks.

GAMBAR:

BAHAN BAKU PEMBALUT DI PASARAN


TAHAP PERKEMBANGAN KANKER SERVIKS



SUMBER:

kabarnet.wordpress.com
Info, Kedokteran Nasional
Surabaya Post